Minggu, 27 Januari 2013

Karya Ilmiah Satu Rimpanng Seribu Khasiat


Kata Pengantar

Assalammualaikum Wr. Wb.

            Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Satu Rimpang, Seribu Khasiat” dalam rangka mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Dalam penyusunanya karya ilmiah ini memuat tentang rimpang temulawak.
             Tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini, untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia, serta memberi informasi kepada pembaca tentang khasiat dari rimpang temulawak.
            Tentu ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan dalam karya ilmiah ini, oleh karena itu semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Wassalammualaikum Wr. Wb.








Jakarta, Januari 2013    




Penyusun               




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia, termasuk salah satu negara berkembang di Asia. Melimpahnya SDA yang ada di bumi Indonesia membuat warganya menjadi lebih kreatif dalam memanfaatkannya. Hampir seluruh tanaman di Indonesia memiliki manfaat yang sangat berkhasiat di seluruh bagiannya, mulai dari bunga, batang, daun, buah, biji, bahkan akar. Begitu juga dengan Rimpang Temulawak yang memiliki ribuan khasiat, diantaranya sebagai antioksidan dan insektisidan.
Rimpang temulawak juga merupakan salah satu jenis tanaman obat komoditas ekspor. Negara-negara pengimpor temulawak, antara lain Singapura, Thailand, Belanda, Jerman, Perancis, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Hongkong. Namun, kualitas simplisia (bahan baku alami) temulawak di Indonesia belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh negara-negara pengimpor. Sehingga Indonesia merupakan negara pengekspor terendah. Oleh karena itu, baik para petani dan pembuat simplisia temulawak perlu memperhatikan dan memperbaiki standar mutu ekspor temulawak.
Temulawak telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat karena kegunaanya yang beraneka ragam. Disamping sebagai jamu atau obat, melihat komposisi dan aromanya yang khas, temulawak bisa dimanfaatkan sebagai bahan minuman dan makanan. Dengan cara tradisional, temulawak dapat diolah menjadi beberapa jenis makanan dan minuman. Contohnya : bubur temulawak, limun temulawak, dan bir temulawak. Olahan tersebut lebih dikenal sebagai makanan dan minuman yang berkhasiat untuk menyembuhkan masuk angin dan memperbaiki pencernaan.
Rimpang temulawak juga memiliki beberapa khasiat lainnya, antara lain untuk menyembuhkan sakit limpa, sakit ginjal, sakit pinggang, asma, sakit kepala dan masuk angin, maag, sakit perut pada saat haid, menghilangkan bau amis sewaktu haid, memperbanyak ASI, sembelit, menambah nafsu makan, sakit cacar air, sariawan, menghilangkan jerawat, sakit amandel, dan lain-lain.
Pada karya ilmiah ini, penulis akan membahas lebih lanjut tentang khasiat temulawak sebagai obat tradisional dalam penyembuhan sakit amandel (radang tonsil).







                                                                                                                                                                                                                                                                                               
1.2 Rumusan Masalah
Setelah penulis memuat latar belakang yang ada, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana cara mengolah rimpang temulawak menjadi obat untuk amandel (radang tonsil)?”

1.3 Tujuan Penulisan

            Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi tentang khasiat temulawak sebagai obat untuk amandel atau radang tonsil serta cara pengolahannya.


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) adalah tumbuhan obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang temulawak berasal dari Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Kemudian, menyebar ke beberapa tempat di kawasan wilayah biogeografi Malesia. Saat ini, sebagian besar budidaya temulawak berada di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Temulawak selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di China, Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.
Di daerah Jawa disebut temulawak, di Sunda disebut koneng gede, sedangkan di Madura disebut temu labak. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur.

Ciri morfologi dari temulawak yaitu, berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1 m tetapi kurang dari 2 m. Batang semu merupakan bagian dari pelepah daun yang tegak dan saling bertumpang tindih, warnanya hijau atau coklat gelap. Rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar, bercabang-cabang, dan berwarna cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap. Tiap tunas dari rimpang membentuk daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 cm – 84 cm dan lebar 10 cm – 18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 cm – 80 cm, pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun agak panjang. Bunganya berwarna kuning tua, berbentuk unik dan bergerombol yakni perbungaan lateral. tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9cm – 23cm dan lebar 4cm – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8mm – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25cm – 2cm dan lebar 1cm, sedangkan daging rimpangnya berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam yang menyengat dan rasanya pahit.


2.2 Penjelasan

Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Temulawak juga dikenal sebagai obat penyembuh radang tonsil.
Radang tonsil merupakan pembengkakkan pada organ amandel yang kerap terjadi pada anak-anak. Saat radang yang diakibatkan infeksi bakteri , nafsu makan akan menurun karena penderita akan sulit menelan. Beberapa ahli medis akan menyarankan untuk melakukan pengangkatan amandel untuk mengatasi radang. Namun, menurut dokter Zainal Gani, sebaiknya amandel tetap dipertahankan karena merupakan kelenjar penyaring kuman dirongga mulut. Tetapi, pengangkatan amandel justru menimbulkan masalah baru, yakni kekebalan  tubuh anak akan menurun dan mudah terkena penyakit.
Menurut Prof. Dr. Sumali Wiryowidagdo, Apt. seorang guru besar Farmasi Universitas Indonesia mengatakan rimpang temulawak yang bertunas kurang berkhasiat.Untuk mendapatkan khasiat temulawak sebagai obat amandel, masayarakat secara tradisional merebus irisan rimpang temulawak. Selain meracik sendiri, sebetulnya terdapat cara lain yang praktis untuk memperoleh khasiat kerabat jahe itu. Sebab, kini banyak beredar beragam  prosuk temulawak instan berupa serbuk, kapsul, tablet, dan teh.


2.3 Bukti atau Contoh

                Bukti khasiat temulawak yang telah berhasil menyembuhkan penyakit radang tonsil atau amandel pada Khairunnisa Salsabila. Nisa adalah anak berumur empat tahun yang mengidap penyakit radang tonsil stadium empat. Beberpa ahli medis menyarankan Nisa melakukan pengangkatan amandel untuk mengatasi radang itu.
                Namun menurut dokter mendiagnosis Nisa, beliau menyarankan agar Nisa tidak melakukan operasi. Karena apabila melakukanpengangkatan amandel justru akan menimbulkan masalah baru yakni menurunnya kekebalan tubuh Nisa hingga dewasa. Sebab itulah dokter menyarankan Nisa untuk mengonsusmsi satu sendok makan serbuk temulawak, lalu dilarutkan dalam segelas air matang dan diaduk rata. Nisa disarankan mengonsumsi minuman temulawak itu tiga kali sehari.
                Setelah tiga mengonsumsi rasa sakit di leher itu mereda, berselang satu bulan amandel Nisa mengempis sehingga operasi batal dilakukan. Selain itu temulawak yang dikonsumsi Nisa meningkatkan nafsu makannya sehingga daya tahan tubuhnya pun meningkat.

2.4 Tabel, Gambar, dan Resep-Resep
               
Berikut adalah tabel kandungan zat dalam rimpang temulawak.






















Cara mengolah rimpang temulawak dari ladang hinggga disimpan sebagai obat, sebagai berikut :
1)        Pekebun panen temulawak pada umur 9-10 bulan, daun menguning, layu, dan akhirnya kering. Ukuran rimpang maksimal dan bertekstur keras. Sebaiknya panen pada musim kemarau karena lebih banyak mengadung senyawa aktif.
2)        Bongkar seluruh tanaman bersama dengan rimpangnya secara hati hati. Hindari rimpang tepotong karena menurunkan kualitas. Produktifitas 20 ton rimpang segar/ha (hekto are).
3)        Pisahkan rimpang dari batang dan pelepah daun kering, lalu cuci hinggga bersih sampai rimpang terbebas dari tanah dan serabut akar.
4)        Iris rimpang setebal 2-3 mm dengan pisau tajam, tanpa mengupas kulitnya. Kulit rimpang mengandung senyawa aktif yang berguna. Kita dapat merebus irisan rimpang segar itu untuk dikonsumsi.
5)        Bila hendak disimpan, keringkan irisan rimpang selama 2-3 hari atau masukan oven pada suhu 60 0C selama 6-7 jam sampai kadar air di bawah 10% sehingga kita mudah mematahkannya dengan tangan.
6)        Pastikan rimpang yang telah kering bebas dari cendawan dan kotoran, lalu simpan dalam toples kaca berwarna sehingga tidak terkena sinar matahari langsung. Kita dapat memanfaatkan rimpang kering dengan merebus atau membuat serbuk.
7)        Perebusan terbaik menggunakan wadah keramik, tembikar, kaca tahan panas, baja anti karat, hingga mendidih. Perbandingan antara temulawak dengan air 1 : 10.
8)        Saring air hasil rebusan ke dalam gelas dan minum segera.
9)        Rimpang temulawak kering dapat dibuat dalam bentuk serbuk dengan dihaluskan menggunakan blender kering sampai benar-benar halus.
10)    Konsumsi serbuk temulawak dengan cara melarutkan satu sednok makan serbuk temulawak kedalam satu gelas air hangat (250 ml).
11)    Frekuensi konsumsi 1-3 kali sehari sesuai kebutuhan.


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
                Jadi, dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tanaman temulawak memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai obat penyembuh penyakit amandel atau radang tonsil yang sudah berstadium empat sekalipun. Dengan cara pemilihan rimpang temulawak yang benar serta pengolahan yang baik, rimpang temulawak tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai penyakit.


3.2 Saran
                Menurut cara pengolahan rimpang di atas sebaiknya, sebelum mengolah rimpang temulawak terlebih dahulu pilihlah rimpang yang tidak bertunas dan konsumsi olahan rimpang tersebut sesuai dengan kebutuhan.



Daftar Pustaka

Ø    Sagiman, Saeri. 2011. “Trubus” . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ø    Said, Ahmad. 2011. “Khasiat dan Manfaat Temulawak”. Jakarta: PT. Sinar Wadja Lestari.

0 komentar:

Posting Komentar

Ged a Widget