Kata
Pengantar
Assalammualaikum Wr. Wb.
Puji
syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkah dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Satu Rimpang, Seribu Khasiat” dalam rangka mengerjakan tugas
Bahasa Indonesia. Dalam penyusunanya karya ilmiah ini memuat tentang rimpang
temulawak.
Tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini, untuk
menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia, serta memberi informasi kepada pembaca
tentang khasiat dari rimpang temulawak.
Tentu
ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan dalam karya ilmiah ini, oleh karena
itu semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih.
Wassalammualaikum Wr. Wb.
Jakarta,
Januari 2013
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia, termasuk salah satu
negara berkembang di Asia. Melimpahnya SDA yang ada di bumi Indonesia membuat
warganya menjadi lebih kreatif dalam memanfaatkannya. Hampir seluruh tanaman di
Indonesia memiliki manfaat yang sangat berkhasiat di seluruh bagiannya, mulai
dari bunga, batang, daun, buah, biji, bahkan akar. Begitu juga dengan Rimpang
Temulawak yang memiliki ribuan khasiat, diantaranya sebagai antioksidan dan
insektisidan.
Rimpang temulawak juga merupakan
salah satu jenis tanaman obat komoditas ekspor. Negara-negara pengimpor
temulawak, antara lain Singapura, Thailand, Belanda, Jerman, Perancis, Inggris,
Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Hongkong. Namun, kualitas simplisia (bahan
baku alami) temulawak di Indonesia belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh
negara-negara pengimpor. Sehingga Indonesia merupakan negara pengekspor
terendah. Oleh karena itu, baik para petani dan pembuat simplisia temulawak
perlu memperhatikan dan memperbaiki standar mutu ekspor temulawak.
Temulawak telah dimanfaatkan
secara luas oleh masyarakat karena kegunaanya yang beraneka ragam. Disamping
sebagai jamu atau obat, melihat komposisi dan aromanya yang khas, temulawak
bisa dimanfaatkan sebagai bahan minuman dan makanan. Dengan cara tradisional,
temulawak dapat diolah menjadi beberapa jenis makanan dan minuman. Contohnya :
bubur temulawak, limun temulawak, dan bir temulawak. Olahan tersebut lebih
dikenal sebagai makanan dan minuman yang berkhasiat untuk menyembuhkan masuk
angin dan memperbaiki pencernaan.
Rimpang temulawak juga memiliki
beberapa khasiat lainnya, antara lain untuk menyembuhkan sakit limpa, sakit
ginjal, sakit pinggang, asma, sakit kepala dan masuk angin, maag, sakit perut
pada saat haid, menghilangkan bau amis sewaktu haid, memperbanyak ASI,
sembelit, menambah nafsu makan, sakit cacar air, sariawan, menghilangkan
jerawat, sakit amandel, dan lain-lain.
Pada karya ilmiah ini, penulis akan
membahas lebih lanjut tentang khasiat temulawak sebagai obat tradisional dalam
penyembuhan sakit amandel (radang tonsil).
1.2 Rumusan Masalah
Setelah
penulis memuat latar belakang yang ada, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah “Bagaimana cara mengolah rimpang temulawak menjadi obat untuk amandel
(radang tonsil)?”
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi
tentang khasiat temulawak sebagai obat untuk amandel atau radang tonsil serta
cara pengolahannya.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) adalah tumbuhan
obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang temulawak berasal dari Indonesia, khususnya
di Pulau Jawa. Kemudian,
menyebar ke beberapa tempat di kawasan wilayah biogeografi Malesia. Saat ini,
sebagian besar budidaya temulawak berada di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan
Filipina. Temulawak selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di China,
Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan beberapa negara
Eropa.
Di daerah
Jawa disebut temulawak, di Sunda disebut koneng gede, sedangkan di
Madura disebut temu labak. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada
dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat
di hutan tropis. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
pada tanah yang gembur.
Ciri morfologi dari temulawak yaitu, berbatang semu dengan tinggi
hingga lebih dari 1 m tetapi kurang dari 2 m. Batang semu merupakan bagian dari pelepah daun yang tegak dan saling
bertumpang tindih, warnanya hijau atau coklat gelap. Rimpang terbentuk
dengan sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar, bercabang-cabang, dan
berwarna cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap. Tiap tunas
dari rimpang membentuk daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai
bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap,
panjang daun 31 cm – 84 cm dan lebar 10 cm – 18 cm, panjang tangkai daun
termasuk helaian 43 cm – 80 cm, pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah
dan tangkai daun agak panjang. Bunganya berwarna kuning tua, berbentuk unik dan
bergerombol yakni perbungaan lateral. tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai
9cm – 23cm dan lebar 4cm – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya
melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih
berbulu, panjang 8mm – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang
keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih
dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25cm – 2cm dan
lebar 1cm, sedangkan daging rimpangnya berwarna jingga tua atau kecokelatan,
beraroma tajam yang menyengat dan rasanya pahit.
2.2 Penjelasan
Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat.
Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya
berwarna kekuning-kuningan. Temulawak
juga dikenal sebagai obat penyembuh radang tonsil.
Radang tonsil merupakan pembengkakkan pada
organ amandel yang kerap terjadi pada anak-anak. Saat radang yang diakibatkan
infeksi bakteri , nafsu makan akan menurun karena penderita akan sulit menelan.
Beberapa ahli medis akan menyarankan untuk melakukan pengangkatan amandel untuk
mengatasi radang. Namun, menurut dokter Zainal Gani, sebaiknya amandel tetap
dipertahankan karena merupakan kelenjar penyaring kuman dirongga mulut. Tetapi,
pengangkatan amandel justru menimbulkan masalah baru, yakni kekebalan tubuh anak akan menurun dan mudah terkena
penyakit.
Menurut Prof. Dr. Sumali Wiryowidagdo, Apt.
seorang guru besar Farmasi Universitas Indonesia mengatakan rimpang temulawak
yang bertunas kurang berkhasiat.Untuk mendapatkan khasiat temulawak sebagai
obat amandel, masayarakat secara tradisional merebus irisan rimpang temulawak.
Selain meracik sendiri, sebetulnya terdapat cara lain yang praktis untuk
memperoleh khasiat kerabat jahe itu. Sebab, kini banyak beredar beragam prosuk temulawak instan berupa serbuk,
kapsul, tablet, dan teh.
2.3 Bukti atau Contoh
Bukti
khasiat temulawak yang telah berhasil menyembuhkan penyakit radang tonsil atau
amandel pada Khairunnisa Salsabila. Nisa adalah anak berumur empat tahun yang
mengidap penyakit radang tonsil stadium empat. Beberpa ahli medis menyarankan
Nisa melakukan pengangkatan amandel untuk mengatasi radang itu.
Namun
menurut dokter mendiagnosis Nisa, beliau menyarankan agar Nisa tidak melakukan
operasi. Karena apabila melakukanpengangkatan amandel justru akan menimbulkan
masalah baru yakni menurunnya kekebalan tubuh Nisa hingga dewasa. Sebab itulah
dokter menyarankan Nisa untuk mengonsusmsi satu sendok makan serbuk temulawak,
lalu dilarutkan dalam segelas air matang dan diaduk rata. Nisa disarankan
mengonsumsi minuman temulawak itu tiga kali sehari.
Setelah
tiga mengonsumsi rasa sakit di leher itu mereda, berselang satu bulan amandel
Nisa mengempis sehingga operasi batal dilakukan. Selain itu temulawak yang
dikonsumsi Nisa meningkatkan nafsu makannya sehingga daya tahan tubuhnya pun
meningkat.
2.4 Tabel, Gambar, dan Resep-Resep
Berikut adalah tabel kandungan zat dalam
rimpang temulawak.
Cara mengolah rimpang temulawak dari ladang
hinggga disimpan sebagai obat, sebagai berikut :
1)
Pekebun
panen temulawak pada umur 9-10 bulan, daun menguning, layu, dan akhirnya
kering. Ukuran rimpang maksimal dan bertekstur keras. Sebaiknya panen pada musim
kemarau karena lebih banyak mengadung senyawa aktif.
2)
Bongkar
seluruh tanaman bersama dengan rimpangnya secara hati hati. Hindari rimpang
tepotong karena menurunkan kualitas. Produktifitas 20 ton rimpang segar/ha
(hekto are).
3)
Pisahkan
rimpang dari batang dan pelepah daun kering, lalu cuci hinggga bersih sampai
rimpang terbebas dari tanah dan serabut akar.
4)
Iris rimpang
setebal 2-3 mm dengan pisau tajam, tanpa mengupas kulitnya. Kulit rimpang
mengandung senyawa aktif yang berguna. Kita dapat merebus irisan rimpang segar
itu untuk dikonsumsi.
5)
Bila hendak
disimpan, keringkan irisan rimpang selama 2-3 hari atau masukan oven pada suhu
60 0C selama 6-7 jam sampai kadar air di bawah 10% sehingga kita
mudah mematahkannya dengan tangan.
6)
Pastikan
rimpang yang telah kering bebas dari cendawan dan kotoran, lalu simpan dalam
toples kaca berwarna sehingga tidak terkena sinar matahari langsung. Kita dapat
memanfaatkan rimpang kering dengan merebus atau membuat serbuk.
7)
Perebusan
terbaik menggunakan wadah keramik, tembikar, kaca tahan panas, baja anti karat,
hingga mendidih. Perbandingan antara temulawak dengan air 1 : 10.
8)
Saring air
hasil rebusan ke dalam gelas dan minum segera.
9)
Rimpang
temulawak kering dapat dibuat dalam bentuk serbuk dengan dihaluskan menggunakan
blender kering sampai benar-benar halus.
10)
Konsumsi
serbuk temulawak dengan cara melarutkan satu sednok makan serbuk temulawak
kedalam satu gelas air hangat (250 ml).
11)
Frekuensi
konsumsi 1-3 kali sehari sesuai kebutuhan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi,
dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tanaman temulawak
memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai obat penyembuh penyakit amandel
atau radang tonsil yang sudah berstadium empat sekalipun. Dengan cara pemilihan
rimpang temulawak yang benar serta pengolahan yang baik, rimpang temulawak
tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai penyakit.
3.2 Saran
Menurut
cara pengolahan rimpang di atas sebaiknya, sebelum mengolah rimpang temulawak
terlebih dahulu pilihlah rimpang yang tidak bertunas dan konsumsi olahan
rimpang tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Daftar Pustaka
Ø Sagiman, Saeri. 2011. “Trubus” . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ø
Said, Ahmad.
2011. “Khasiat dan Manfaat Temulawak”.
Jakarta: PT. Sinar Wadja Lestari.
0 komentar:
Posting Komentar